Jumat, 30 Oktober 2015

DAY ONE. Incheon Airport - Seoul Central Mosque Itaewon - The War Memorial of Korea - Namsangol Hanok Village - Namsan Tower

Ketakutan awalku berupa pesawat gak ontime dan ketinggal connecting flight menuju Seoul tertepis sudah. Pesawat Air Asia X D7-506 yang membawa aku n Dewa akhirnya mendarat mulus di landasan bandara Incheon. Alhamdulillah.

Dewa langsung menyetal arlojinya menjadi 2 jam lebih awal dari waktu di Indonesia. Sedangkan aku yang gak modal punya jam tangan hanya mengandalkan jam hape yang ternyata langsung terset otomatis.

Urusan hajat pipis dikesampingkan dulu, karena kami pingin cepat cepat menyelesaikan imigrasi dan lain-lain karena ada itinerary maha penting yang harus dijalani di hari pertama kami di Seoul yang kebetulan hari Jumat. Jumatan di Seoul Central Mosque.

Tapi oh ternyata, semua tidak hap hap seperti yang aku perkirakan. Setelah urusan imigrasi lancar, kami menuju area pengambilan koper. Ditunggu pakai lama koper kami gak keluar-keluar, sampai ada pengumuman last baggage keluar. Tapi alhamdulillah keluar juga tu koper coklat 2 buah. Sedihnya satu koper dalam keadaan mengenaskan. Handle koper bagian atas dan samping jebollll. Terbayang anak tangga yang harus didaki dengan keadaan koper kayak gitu. Hiks.

Kami lanjut cari global atm yang berjejer di gate-gate exit. Ada beberapa global atm namun aku pilih global atm yang ditempel petunjuk pemakaian dalam bahasa inggris. Segera aku keluarkan kartu saktiku, kartu debit ON Account CIMB Niaga. Dengan fasilitas gratis tarik tunai, aku gak perlu khawatir untuk tarik tunai berulang kali. Emang ada ATM yang kena charge 4100 won pas aku coba kesaktian kartuku, tapi tinggal aku cancel aja dan geser ke atm sebelah. Di bandara kami cukupkan dengan menarik tunai 700000won dengan kurs 11,912/won saat itu. 


si olleh yang sangat berjasa
olleh yang sangat berjasa
Berikutnya cari pinjeman wifi router, OLLEH. Beruntungnya waktu kami di sana pas ada event Korea Grand Sale. Keuntungan yang didapat adalah free biaya sewa dan free 1 day klo nyewa lebih dari 5 hari. Aku nyari boot yang gak begitu rame yaitu dekat Exit 10. Yang jaga mbak mbak pucat mungil yang menurutku mirip Taeyon SNSD. Walaupun Korea Grand Sale akan berakhir 2 hari lagi tapi alhamdulillah kami tetep dapet free biaya sewa dan free 1 day itu. Sebelumnya aku minta wifi router yang gak cuma mengcover area Seoul, tapi yang juga bisa konek di area pinggiran semacam Sokcho dan Chuncheon. Mbak Taeyon tadi benernya gak begitu sure, tapi gak apalah dicoba. Akhirnya OLLEH mungil sudah di tangan, yang sangat berjasa di perjalanan kami.


Langkah selanjutnya keluar dari bandara. Pilihan kami ada 2, naik limousine bus 10.000 won atau naik subway cuma 4050 won. Akhirnya dengan pertimbangan kekuatan hulk Dewa, kami pilih naik subway. Banyak blogger yang menyarankan untuk naik bus apabila bawa koper yang besar, tapi setelah dijalanin ternyata not bad. Dari bandara menuju subway sudah difasilitasi eskalator. Walau harus transfer di Hongik st itupun udah enak banget. Tapi pasti lebih enak lagi klo handle koper gak pake jebol. Hiks.

Berpedoman papan-papan petunjuk sampailah kami di antrian orang yang mau naik AREX. Gak beberapa lama keretanya datang. Aku dan Dewa dapat tempat duduk yang berhadapan. Kereta penuhnya pas, semua dapet tempat duduk. Kayaknya karena kelamaan di urusan global atm sama nyari pinjeman wife jadinya ketinggalan rombongan penumpang pesawat. Selama duduk di dalam kereta mulailah mengamati sekitar. Petunjuk dalam kereta, suasana dalam kereta, orang-orang Korea, pemandangan di luar kereta. Asiknya kalau ngamati orang Korea, mereka sibuk nunduk main gadget jadinya bisa leluasa kita pelototi. Apalagi ada namja keren berwajah dan berperawakan ala Jinwon 2AM. Ngiler. Si Olleh mulai dihidupkan, kami mulai mengabari orang rumah kalau kami sudah sampai di Korea.

Turun di Hongdae St. kami transfer ke Line 2 untuk menuju hostel kami di area Ehwa St. Penumpang subway mulai muda mudi korea banget. Setibanya di Ehwa St, kami nyari2 exit yang ada lift nya, secara bawa koper. Begitu keluar dari lift, taraaa kami tiba di perempatan besar Ehwa. Anehnya disini baru aku mulai merasa kalau udah tiba di Korea, hal yang tidak begitu aku rasakan ketika di bandara. Keadaan jalan ramai, matahari yang silau menerpa, angin mulai terasa di pipi. Semua mulai tampak terasa nyata. Jalan yang aku lihat di Daum Map sekarang aku lihat langsung dengan mataku tanpa perantara layar. I smile happily.


Aku dan Dewa langsung menuju Sinchon hostel yang tidak jauh dari situ, hanya berjalan kurang dari 5 menit. Arah menuju hostel sudah melekat dalam memoriku sehingga bisa tanpa membuka peta. Saat iu jam 12 jadi  mungkin banyak mahasiswa lalu lalang mencari makan siang. Sampai di hostel kami belum boleh masuk kamar karena belum saatnya check in. Jadinya kami jalan-jalan dulu dan dipesanin buat kembali sebelum jam 11 malam untuk check in. Sebelumnya aku ganti baju di kamar mandi depan. Baju yang kupakai di hari pertama adalah sweater rajut berwarwa biru dongker dengan gambar rusa natal, baru aja aku beli dari Pasar Beringharjo Market.

Kami keluar hostel cepat-cepat karena ngejar waktu Jumatan. Yup ini hari Jumat, dan aku pingin Dewa bisa tetep melaksanakan kewajibannya. Tergopoh-gopoh kami turun ke stasiun subway menuju masjid satu-satunya yang ada di Seoul yaitu Seoul Central Mosque di Itaewon. Tapi ternyata perjalanan sudah menghabiskan waktu 0,5 jam. Sampai di daerah Itawon, kami berjalan cepat ke arah masjid tapi mulai bertemu rombongan lelaki yang membawa roti dan susu. Benar saja, Jumatan telah usai. Hiks.



Akhirnya kami memutuskan makan siang terlebih dahulu. Karena walau Jumatan udah usai tapi masjid masih nampak cukup ramain Di area Itaewon ini logo halal bertebaran di mana-mana, hati jadi tenang. Kami makan di Makan Restaurant. Namanya yang ada unsur BAHASAnya menggilitik buat dikunjungi. Solidaritas gitu.

Restorannya tergolong baru, dan cukup kecil, hanya ada 5-6 meja. Mas mas bukan oppa menghampiri meja kami memberikan menu. Menu yang diberikan sedikit berbeda dengan apa yang aku lihat di internet. Tidak ada menu sundubu jigae. Tapi setelah dikonfirmasi ke mas-mas bukan oppa pelayannya ternyata menu itu ada kok. Jadilah kami memesan bulgogi dan sundubu jigae.

Kenapa pelayannya aku bilang mas, ya karena ternyata dia orang Indonesia. Awalnya si mas mengira kami orang Malaysia, tapi setelah mendengar kami bicara, barulah dia nyadar kalau kami juga merah putih.




(to be continued)

Tidak ada komentar: